Hanya Rasa
Empat tahun lalu aku mengenalnya
Duduk di depanku, pangeran tajir yang tak tersentuh
aku tak bisa membaca pikirannya
kagum, suka, sayang dan emote cinta
pertentangan orang tua, dan pikiran-pikiran buruk itu
perasaan-perasaan yang tak terkendali
dan aku pergi dengan luka dimana-mana
menghilang, menghilang, mencari-temukan cinta lain
penyesalan dan permintaan maaf diri
kemudian
bertemu lagi, rasakan lagi
kebebasan dari orang tua
tapi
masih tak bisa menyentuh, tak bisa membaca
hanya rasa, hanya rindu, dan aku masih tak begitu mengerti
mengapa wajahnya masih saja ada dimanapun aku memandang ?
0 komentar:
Posting Komentar