cerpen

by 23.21 0 komentar
Bocah

Tiba-tiba aku tersadar pada sebuah kisah yang mengikatku selama bertahun-tahun. Kisah itu telah menjadi ribuan cerpen, puisi dan syair yang kutulis. Saat aku ingat kisah ini, mataku nanar dan hatiku bak melambung entah dimana. Kawan, aku merindukanmu.

Sahabatku adalah bocah yang suka sekali bermain diluar. Rambutnya yang dipotong cepak selalu merah karena matahari. Kulitnya putih. Posturnya kecil. Matanya agak sipit namun masih besar. Bocah selalu tersenyum jahil padaku.

Masa Sd-ku dilalui bersama olok-olokan si bocah. Olokan pertama bocah adalah mataku. Mataku bundar dan lebih besar dari anak umumnya. Suatu sore si bocah tahu aku tidak biasa melirik keatas. Aku selalu menengok keatas. Paginya, lebel "plerok" telah melekat padaku.

Si bocah selalu dapat menarik perhatianku. Saat "plerok" tak lagi menarik, si bocah itu memasang-masangkan aku dengan temannya. Semua teman tertawa, wajahku merah karena marah.

Saat smp kami jarang bertemu. Kami sekolah di smp yang berbeda. Sesekali aku bertemu. aku menjadi gugup saat melihat si Bocah.

Hari itu adalah hari penerimaan rapot terakhir di smp. Kami bertemu dipersimpangan jalan. Saat itu aku yang telah digadang-gadang untuk melanjutkan sekolah di kota. Aku  sedih karena merasa berpisah dengan bocah.

Si bocah tersenyum. Aku tersadar si bocahku bukan bocah lagi. Si Bocah telah tumbuh dewasa. Posturnya telah tinggi melebihiku. Rambutnya lebih gelap dengan sisa merah rambutnya dulu.  Wajahnya telah berubah menjadi lelaki tanggung.

Dia bukan lagi bocah. Dia adalah lelaki tanggung yang tersenyum sangat manis padaku. Untuk pertama kali aku menyadari sesuatu telah terjadi di hatiku dan untuk pertama kali pula aku menyadari aku akan kehilangan dirinya. Itulah terakhir kali aku bertemu dia.

Rizka

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar: